Wednesday, December 28, 2011

9 Summers 10 Autumns

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Other
Author:Iwan Setyawan
Sore itu, sambil menunggu teman-teman sekelas diklat yang rencananya akan makan bareng di Central Park, saya memanfaatkan waktu mengunjungi Gramedia.

Salah satu buku yang akhirnya saya beli karena 'ikut-ikutan' teman saya adalah '9 Summers 10 Autumns'nya Iwan Setyawan. Sebuah novel yang diilhami kisah nyata penulisnya.
"Emang bagus ya, Ri?" tanya saya waktu itu.
"Gak tahu. Tertarik aja dengan ini" jawabnya sambil menunjukkan tulisan 'best fiction IKAPI DKI Jakarta'.

Sampai seminggu kemudian, buku itu masih tergeletak manis, karena pekan itu adalah momen saya ujian.
Dan tidak saya sangka, di akhir diklat, diadakan inagurasi yang mendatangkan Iwan Setyawan, penulis buku ini, sebagai pengisi acara.

Tentu saja saya, dengan semangat menggebu, datang ke acara tsb membawa buku ini dengan harapan bisa mendapatkan tandatangan penulisnya (*sigh).

"Te, jadi minta tandatangan?" tanya teman saya di penghujung acara.
"Males.." jawab saya lemas.

Satu hal yang ingin saya tanyakan ke teman-teman, apakah image penulis di mata kita itu akan sangat berpengaruh terhadap apa yang kita tangkap dari sebuah tulisan?

Bagi saya sendiri, sulit sekali membaca dengan sikap netral seolah saya sama sekali belum pernah menjumpai penulisnya. Otak saya seolah2 mencari-cari alasan untuk bisa mengatakan 'ini bagus' atau 'ini buruk' sesuai kesan yang saya tangkap dari penulisnya. Dan di buku ini, saya menangkap kesan kurang humble. Kesan bahwa keberhasilannya dirasa karena kerja kerasnya.. Ehm, saya juga merasa bahasa puitisnya agak dipaksakan.

Tetapi terlepas dari itu semua, kisah yang dituturkan didalamnya luar biasa. Tentang perjuangan sang Penulis, seorang anak sopir angkot di sebuah desa di kaki Gunung Panderman, Batu, Malang. Dengan kerjakeras dan kesabaran, ia akhirnya berhasil menjadi lulusan terbaik Jurusan Statistika IPB, yang akhirnya mengantarkannya menjadi salah satu Direktur perusahaan ternama di New York. Cukup memotivasi, terutama untuk dunia pendidikan...

Review lengkap, silakan baca di sini

17 comments:

  1. kalau jejak2 yg terserak gimana?
    kan udah ketemu... eh ngeliat penulisnya :)

    *penasaran juga sih... si mbaknya yg mana yah... kayanya kudu liat sikka

    ReplyDelete
  2. kalau cuma ngeliat, gak bisa menilai, pak... :D

    temen saya, yang saya kasih buku itu, lebih suka bagian depan-depan, pak.. katanya lebih 'kena'.
    kalau saya mengamati pemakaian bahasanya, semakin ke belakang semakin apik penataannya...
    :) beda fokus penilaian.

    lha ini HS saya kan pake foto saya, pak.. hihihi

    ReplyDelete
  3. alhamdulillah... kalau dilihat dari kalimatnya.... "lebih suka bagian depan-depan, pak.. katanya lebih 'kena'." berarti sebenarnya suka semua, hanya saja tingkat sukanya lebih di tinggi di bagian awal.

    "semakin ke belakang semakin apik penataannya" berartis semuanya apik... dan semaki ke belakang semakin apik.

    kesimpulan untuk kepentingan promosi.

    ah.... HSnya kecil :)

    ReplyDelete
  4. jadi fiksi atau biografi sih?

    gw pernah liat review nya sekali, di "apa kabar indonesia" waktu itu..

    ReplyDelete
  5. ya ya ya,,,
    tapi promosi disini gak gratis, pak.. ada tarifnya...

    biar tetep misterius.. :D

    ReplyDelete
  6. ya ya ya..
    tapi promosi disini gak gratis, pak.. :D

    biar tetep misterius :D

    ReplyDelete
  7. aku juga bingung, fa..
    genrenya sih novel, fiksi. tapi ini menceritakan kisah hidup si tokoh yang notabene adalah penulisnya

    ReplyDelete
  8. oooo.... yg itu orangnya.... udah nemu gambarnya :)

    ReplyDelete
  9. autobiografi ya

    *nggak penting.abaikan :D

    ReplyDelete
  10. liat di sikka ya?
    tapi foto sikka itu foto bertaun2 lalu, pak.
    kalo ketemu pun, gak akan mengenali

    ReplyDelete
  11. ehmm... mungkin iya, mbak.. dan dikemas dalam bentuk novel

    hehe, saya juga gak terlalu paham dengan macam2 genre buku

    ReplyDelete
  12. Jadi maksudnya mba ute, (personal) penulisnya ga se-keren tulisannya, gitu?

    ReplyDelete
  13. sempat tertarik juga liat buku itu waktu di gramed Padang... tapi tak jua saya beli... entah kurang greget buat beli novel hehehe

    ReplyDelete
  14. ini saya kutipkan status fb temen saya:

    tanpa bermaksud mengecilkan perjalanan hidup mas Iwan Setyawan (No Question bout it, salute!), atas pertemuan singkat dengan beliau di Aula Cakti Budhi Bakti (18 Nopember '11), gueh membuat sebuah catatan kecil.
    Statistik ini dibuat dalam rentang pkl. 19.32-20.40 WIB setelah mengamati diksi dalam penyampaian beliau yang sedikit nyleneh. Beliau mengulang kata/kalimat berikut ini:
    1. STUPID, 8 kali
    2. BO***, 1x
    3. SH*T, 2x
    4. shame on you, many times
    5. what the hell, over and over
    6. what the f, hampir terucap.

    ReplyDelete
  15. dari covernya? atau penulisnya? atau karena kurang populernya?

    ReplyDelete
  16. sama sih kek mbake gara2 embel2 fiksi terbaik itu...

    ReplyDelete