Thursday, December 29, 2011

MALAM MUHASABAH MENUJU QALBUN SALIM

Start:     Dec 31, '11 6:00p
End:     Jan 1, '12 06:00a
Location:     Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia
tema: “ MEMAKNAI SYAHADAT KITA”

Nara Sumber :

<> UST. SALIM A. FILLAH (Pengasuh Majelis Jejak Nabi SAW)

<> UST. MUHSININ FAUZI (Pimpinan Lembaga Dakwah Formula Hati)

<> UST M. SUHUD AL-HAFIDZ (Imam Masjid Daarut Tauhiid Bandung)

<> UST FUAD MUHSIN (Daarut Tauhiid Bandung)

Agenda :

Kajian Tematis & Dialog interaktif - Qiyamullail – Muhasabah.

Acara terbuka untuk umum (Ikhwan dan Akhwat) dan Gratis.

Dimeriahkan stand Bazzar produk Islami dan konsumsi.

I N F O :

DT JAKARTA : 021 7235255

MQS HOTLINE : 021 70145049

HAFIZ : 021 93647407

UMAR : 085714966579

Wednesday, December 28, 2011

9 Summers 10 Autumns

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Other
Author:Iwan Setyawan
Sore itu, sambil menunggu teman-teman sekelas diklat yang rencananya akan makan bareng di Central Park, saya memanfaatkan waktu mengunjungi Gramedia.

Salah satu buku yang akhirnya saya beli karena 'ikut-ikutan' teman saya adalah '9 Summers 10 Autumns'nya Iwan Setyawan. Sebuah novel yang diilhami kisah nyata penulisnya.
"Emang bagus ya, Ri?" tanya saya waktu itu.
"Gak tahu. Tertarik aja dengan ini" jawabnya sambil menunjukkan tulisan 'best fiction IKAPI DKI Jakarta'.

Sampai seminggu kemudian, buku itu masih tergeletak manis, karena pekan itu adalah momen saya ujian.
Dan tidak saya sangka, di akhir diklat, diadakan inagurasi yang mendatangkan Iwan Setyawan, penulis buku ini, sebagai pengisi acara.

Tentu saja saya, dengan semangat menggebu, datang ke acara tsb membawa buku ini dengan harapan bisa mendapatkan tandatangan penulisnya (*sigh).

"Te, jadi minta tandatangan?" tanya teman saya di penghujung acara.
"Males.." jawab saya lemas.

Satu hal yang ingin saya tanyakan ke teman-teman, apakah image penulis di mata kita itu akan sangat berpengaruh terhadap apa yang kita tangkap dari sebuah tulisan?

Bagi saya sendiri, sulit sekali membaca dengan sikap netral seolah saya sama sekali belum pernah menjumpai penulisnya. Otak saya seolah2 mencari-cari alasan untuk bisa mengatakan 'ini bagus' atau 'ini buruk' sesuai kesan yang saya tangkap dari penulisnya. Dan di buku ini, saya menangkap kesan kurang humble. Kesan bahwa keberhasilannya dirasa karena kerja kerasnya.. Ehm, saya juga merasa bahasa puitisnya agak dipaksakan.

Tetapi terlepas dari itu semua, kisah yang dituturkan didalamnya luar biasa. Tentang perjuangan sang Penulis, seorang anak sopir angkot di sebuah desa di kaki Gunung Panderman, Batu, Malang. Dengan kerjakeras dan kesabaran, ia akhirnya berhasil menjadi lulusan terbaik Jurusan Statistika IPB, yang akhirnya mengantarkannya menjadi salah satu Direktur perusahaan ternama di New York. Cukup memotivasi, terutama untuk dunia pendidikan...

Review lengkap, silakan baca di sini

Thursday, December 22, 2011

Dtsd keren, kelulusan 47persen..

ibuku, tak seperti itu

Hari ini membanjir postingan tentang ibu, mama, mom, mother, emak, mamak, sampai biyung. Karena hari ini, 22 Desember didaulat sebagai hari Ibu. Entah dulu siapa yang punya ide mengambil tanggal ini.
Ada salah satu status facebook yang membuat hati gerimis… begini tulisannya:
……………………..
Ibuk pernah bertanya sama saya
“Nduk, nek dibandingin ibu2nya temenmu, ibuk ki piye? Galak ra? Pelit ra?”
“mendingan ibuk no..”
“hoiya, kamu punyane ibuk ya Cuma aku ding ya, gak pernah ngerasain jadi anak ibuk e temenmu”
Dan saya pun ngakak
Dan saya pun bilang “ mendingan ibuk ke mana2 lah. Ibuk sms bejibun kalau maghrib aku belum nyampe rumah. Ibuk inget kapan aku ujian. Ngecek aku belajar po ga. Ibuk nelpon aku tiap hari pas ngekos, walau Cuma buat rumpi. Ibuk marahin aku pas aku salah”
YOU ARE THE BEST, MOM
……………………..
Spontan, aku ingat ibuku. Ibuku jarang ngobrol santai dan becanda seperti ini denganku. Ibuku sedikit sekali bicara. Lebih banyak diam. Mungkin karena terlalu banyak menanggung beban hidup.

Ibuku tidak pernah meng-sms ku karena setauku, ibuku belum tau cara meng-sms, hanya tau cara mengangkat kalo ada telpon.

Ibuku tidak tahu kapan aku ujian karena tidak terlalu paham dan peduli dengan sistem perkuliahan dan tetek bengeknya. Memastikan tahun ini aku kuliah, tahun depan aku bekerja, itu cukup. Biasanya aku yang menyampaikan kalo aku mau ujian. Dan beliau akan mendo'a “mugo2 lancar”. Itu saja.

Ibuku jarang sekali menelpon. Kalau bukan bapak, ya aku yang menelpon… karena beliau selalu kehabisan kata2. Bingung apa yang hendak diperbincangkan. Karena sekali lagi, beliau tidak banyak bercakap.

Ibuku jarang marah. Kalaupun sesekali marah, beliau lebih memilih diam.

Begitulah ibuku. Tidak muluk-muluk. Perempuan desa yang sederhana. Namun, bagaimanapun keadaan ibuku, aku mencintainya…

Friday, December 16, 2011

mengkapital : jalan tergesa dan apa peduli saya

"Satu hal yang saya pelajari dari Jakarta adalah bergerak... " dia menerawang jalanan

"...Kita akan melihat sepanjang jalan ada orang dengan langkah-langkah cepat mengejar waktu, karena seberharganya waktu sampai satuan detik.. " lanjutnya, dan beralih menatap saya.

Saya mengingat gambaran perbincangan ketika itu. Dan benar, sekarang (dari kemarin-kemarin juga sih) saya mengamini perkataannya. Pagi-sore jalanan berjubel aktivitas bergerak ini. Jalanan dipenuhi kuda-kuda besi. Trotoar, sisi-sisi jalan, koridor, lorong pun disesaki orang berjalan.

Demikan juga ketika suatu sore, saya dengan langkah terburu, seperti juga yang lainnya, dalam hati memaki mbak2 yang berjalan pelan bergandengan tangan dengan seorang lelaki, di sebuah jalan kecil. Terang saja, langkah saya dan orang-orang yang berada dibelakangnya, jadi benar2 terhambat. Padahal niatnya kan buru-buru biar cepat tiba di kos.

Meski ingin menggerutu, saya paksakan diri bersabar mengikuti langkah-langkah pelan dua orang itu. Hingga tiba di penghujungnya, hati saya yang hampir bersorak tertahan melihat si mbak membungkuk dan menyerahkan selembar uang (seribuan atau duaribuan, tidak terlalu jelas) kepada nenek-nenek yang biasa disana. Aaa, malu...

Memang, memberi itu pilihan. Tidak memberi itu juga pilihan. Pilihan kedua pun bisa dilakukan dengan niatan baik, tidak ingin membiasakan mereka 'meminta'. Tapi, sepertinya belakangan, alasan saya melakukan pilihan yang kedua bukan karena itu, tetapi karena kepedulian yang semakin menipis.

Thursday, December 15, 2011

Mengkapital : Langkah tergesa dan apa peduliku dengan urusanmu.

personality +

dalam penilaian seorang sanguin, orang melankolis itu gak asyik. ‘Ah, loe aja yang lebay' balas si melankolis mengomentari si sanguin…

Ilustrasi di atas digambarkan oleh seorang motivator dalam sebuah acara, sebutlah, training motivasi. Beliau mengupas tentang empat tipe kepribadian yang  selama ini banyak dibahas para ahli psikologi, personality plus.

Yaaa, dalam perjalanan pertemanan dua orang yang berbeda kepribadian, niscaya akan ada  ketidakcocokan atau ketersinggungan yang bisa menyebabkan kerapuhan dalam hubungan. Jangankan yang banyak-perbedaan, yang punya banyak-kesamaan aja tidak akan terlepas dari konflik. Namun membenarkan kerapuhan dengan sertamerta mengambinghitamkan perbedaan kepribadian sepertinya bukan pilihan sikap yang bijak. Yang perlu diperiksa adalah kondisi iman. Imannya lah yang mungkin rombeng, demikian kata ustadz Salim.

“wajar kami gak cocok, beda kepribadian sih”

Wednesday, December 14, 2011

Ceracau#1

Beberapa hari terakhir, saya sudah menulis beberapa 'ceracauan' yang akhirnya harus rela saya jadikan draft penghias journal saja. Tiap kali hendak saya klik 'click here to publish it', selalu saya urungkan kembali. Entahlah, di satu sisi, saya ingin menjadi orang yg merdeka. Ingin posting ya posting saja. Selesai. Tapi ketakutan saya menghalanginya. Takut tentang adanya 'kepentingan-kepentingan' pribadi di balik postingan. Bisa saja, kan.. Saya menulis begini begitu yang jika orang membacanya akan mendapatkan kesan bahwa saya (penulisnya) seperti ini demikian itu. Padahal kenyataannya tidak. Aktivitas harian 'menunggu-mati saya' hanya terisi berangkat kerja- kerja - pulang kerja- tidur. Begitu berulang2 tiap harinya. Lantas, kebohongan tentang kebaikan seperti apa yg hendak saya publikasikan..

Friday, December 9, 2011

catatan 9 desember

“Gimana urusan surat-surat di Polsek? Udah beres?” suara sepupuku terdengar di seberang sana.
“Belum..”
“Kata masmu diperumit ya..?”
“mmm.. sedikit…”
“Dia bilang ke aku kalo bisa bantu-bantu. Kalo ada masalah, bilang aja ya…”
Aissh..
“ok. Insyaallah bisa kuselesaikan” jawabku.

Entahlah, pikiranku terlalu sensitif menerjemahkan istilah ‘bantu-bantu’ disini. Bisa jadi maksudnya membantu menyelesaikan secara normal sesuai prosedur. Tapi otakku terlalu lebay mungkin mengingat dia bekerja di Polri, eh bukan, di rumah sakitnya, Rumah Sakit Polri.


sumber gambar disini

selamat hari anti korupsi


Thursday, December 1, 2011

Tentang rasa bersalah, edisi kehilangan.

"nduk, ojo ko'pikir abot2. ikhlasno. Kuwi artine durung rejeki. Gusti Allah paring maneh insyaallah". Singkat. Pesan pembicaraan itu begitu singkat. Tapi mampu membuatku menangis tergugu dan tidak mampu berkata apa2 setelah sebelumnya aku hanya mematung dan tak meneteskan setitikpun airmata. Ah, selalu saja. Apapun jika berkaitan dengan orangtua, selalu dengan mudah menyentuh hati terdalam. Sedu. Tergugu. Bukan karena sedih. Tapi haru. Tentu saja.

Bagaimana tidak, orang yg sangat kau takuti untuk kau beritau tentang kecerobohanmu, justru mengkhawatirkanmu dan dengan mudahnya mengatakan 'tidak apa2'. Padahal di hari yang sama, ketika aku melaporkan bahwa motor sudah di tangan, yaitu sekitar 10 jam sebelum raib, mereka mewanti2 untuk hati2, memintaku segera membelikan gembok, dan memastikan kosku aman2 saja. Dan itu belum kulakukan. Ah, adakah perasaan yg lebih membunuh daripada rasa bersalah??

Sudahlah, te.. Yang mestinya kau lakukan adalah menatap masa depan, dan segera menyelesaikan urusanmu dengan pak polisi dan juga lembaga finance. Meski urusan itu melelahkan. Lain kali akan kuceritakan tentang kisahku yang ini. Insyaallah.

Oh iya, tentang judulnya 'kehilangan', sepertinya kata ini tidak baik jika kugunakan. Karena kata mas sabrang, rasa kehilangan hanya akan ada jika kau pernah merasa memilikinya. Biar rasa kehilangannya tidak berlebihan, jangan merasa kau memiliki sesuatu. Anggap saja itu milik-Nya yang dipinjamkan untukmu.. :)

aih, keinget sekretaris2 dudul ala betty la fea... maapin aye pak direktur

Sunday, November 27, 2011

Saturday, November 26, 2011

Lupa : antara percaya diri dan ego tinggi

Aku merasa akhir2 ini aku menjadi sedemikian pelupa. Beberapa puluh menit lalu, dalam perjalanan menuju kemanggisan, aku sengaja mampir ke borobudur plaza untuk 'numpang' ashar di sana. Karena belum masuk waktu shalat, dan karena demikianlah sifat wanita, maka kumulai prosesi dengan belanja dulu :D. Tibalah waktu shalat, aku sangat percaya diri naik ke lantai atas dan yakin akan menemukan sesuatu yg akan menuntunku ke mushala. Karena ini bukan pertama kalinya aku shalat di sana. Tengok2, toleh2, tak ada tanda2 kukenali. Yg ada hanyalah pertanyaan 'cari apa, kak?' atau 'mampir dulu, kak..' dari para pedagang di counter2 handphone itu. Dan aku masih sedemikian pedenya mampu menemukan mushala tanpa bertanya atau menjawab pertanyaan mereka. Karena jawaban 'mencari mushala' sepertinya bukan jawaban yg mereka harapkan. Maka akhirnya aku terus berjalan sambil sesekali melempar senyum atau diam atas pertanyaan mereka, atau aku pura2 sibuk dengan ponselku, dan kadang berlagak seolah tengah mencari seseorang.

Tetap tidak menemukan mushala, dan menjadi pusat perhatian serta pertanyaan para pedagang di gerai2 hp bukan hal yg menyenangkan. Maka aku memutuskan menyingkir darisana dan memilih menunaikan shalat di masjid tidak jauh dari plaza itu.

Kejadian seperti ini juga kualami beberapa hari yg lalu. Ketika acara final seagames membuat rute perjalanan pulang kerjaku -yg melewati senayan- mau tidak mau sempurna menjadi sasaran macet. Demi mengejar waktu maghrib yg hampir habis, aku mampir dulu ke sebuah swalayan, untuk numpang shalat. Dan kejadiannya sama, aku demikian pedenya merasa pernah shalat di sana dan yakin akan menemukan mushala tanpa bertanya. Tapi endingnya sedikit beda, aku putus asa, menurunkan egoku, dan bertanya. Setelah mencapai mushala, aku menyimpulkan bahwa aku belum pernah shalat di sana sebelumnya.

(makanya jangan suka makan brutu, te! Eh?)

satu muharram empatbelas tigatiga

Hari ini, sabtu 26 November 2011, bertepatan dengan penghujung 1432 H. Jika saya masih hidup sampai esok hari, berarti, besok adalah 1 Muharram ke-24 dalam hidup saya, artinya sudah 23 tahun saya hidup di dunia ini, dalam hitungan kalender Qamariyah. Iya, kan. Satu Muharram pertama, saya berusia 0 hari. Bedanya jauh juga ya dengan perhitungan Syamsiyah yang menjatuhkan angka 22 tahun di Agustus kemarin. Selisih sekitar 8 bulan. Apalah entah itu, artinya Lo udah menuju tua, Te!


Yang mau mengucapkan selamat, yang mau mendoakan, silakan. Apalagi kalau mau kasih kado, dengan senang hati saya terima :D

#ga penting banget sih

Friday, November 11, 2011

111111, yang ke-1

" i praise Allah for sending me you my love.. "

Lagu maher zein mengalun lirih dr musik yg disetel di sebelahku. Aku masih sibuk dg hp ku -tepatnya sengaja menyibukkan diri-, demi mengalihkan konsentrasiku dari selang yg mengalirkan darahku ke kantong itu. Hingga berganti lagu, sampai lagu kedua berakhir, mbak2 bermasker itu belum juga melepas selang dr lenganku. Orang2 di sebelahku, yg mulai setelahku, satu persatu bangkit, selesai. Aih, aku kemudian menatap mbak itu lagi mengisyaratkan pertanyaan 'mbak, kok aku lama? Jangan2 darahku abis makanya gak ngalir lagi?'. Tapi si mbak nyantai saja tak menangkap kekhawatiranku. :/

Ya sudah, aku kembali menerawang. Ah, bahagianya.. Ini pengalaman pertamaku donor darah setelah 4 atau 5 kali ditolak. Katanya Hb ku rendah. Dan kali ini, aku sukses lolos meski tersaruk2 dibatas terbawah Hb yg diizinkan, Hb 'belas... kasihan' :D

"eh, Te.. Lama banget. Berapa liter? Gara2 terlalu berat, kali.. badannya" temenku usil.

"eh, enak aja. Gw cuma lebih 2 kilo dari berat minimal tauk"

"berarti terlalu berat dosanya kali, mbak" bapak2 petugas di sebelah ikut menimpali.

"eh, mungkin, pak" jawabku, lantas diam menikmati alunan musik, sambil menunggu si jarum dan selang menyelesaikan tugasnya.

Pusdiklat Pajak, 11-11-11
*saat tidak ada ide untuk ditulis

Friday, October 28, 2011

Hitung dan timbang; tentang perempuan

Sepertinya, sesekali, saya harus belajar untuk tidak mempertanyakan efektivitas. Mengacuhkan kerisauan akan minimnya hasil dibandingkan pengorbanan yg dirasa lebih. Dan menonaktifkan kalkulasi otomatis tentang kesebandingan untung rugi sesuatu hal dilakukan. Karena terlalu banyak pertimbangan tidak jarang hanya membuat hal yg semestinya bisa dilakukan, jadi batal dilakukan.

Ah, dasar perempuan, terlalu banyak mikir, menimbang dan menghitung. Mungkin, Sesekali perlu berprinsip 'ya udahlah, jalan..'. Hmm, pantesan pemimpin itu dilekatkan kepada sosok lelaki. Karena memang mereka lebih cepat membuat keputusan. Karena bukankah, keputusan2 besar biasanya diambil dalam waktu singkat..
Mmm.. *mikir (lhah..!)

bintaro, 28 oktober 2011

Metromini is d'best (setelah mati2an bertarung dg AC bis T.T)

Saturday, October 22, 2011

Pi el ei wai bi ow wai

"dia nanya mbak, kok malam minggu ga pergi sama pacar.. "

Oh itu terjemahan dari kata2 seorang anak perempuan kecil yg tiba2 memberondongku ketika aku baru mau pesan makan di warung tenda itu. Sepertinya dia mengatakannya dalam bahasa sunda.

Aku masih bengong. Ngucek2 mata memastikan aku sudah turun dari kopaja P 16 ciledug-kemanggisan. Sepanjang perjalanan aku tidur. Jangan2 ini mimpi.

"mbak.. !" dia mengagetkanku. Oh, bukan mimpi.

"lha ini baru pulang" jawabku sekenanya. Maksudnya baru pulang dr maen sama temen2.

"eh, mbak namanya siapa.. Bla bla bla.. Ibunya sudah meninggal ya bla bla.. Mbak yg jualan pulsa bla bla.. " (muka gw emang mirip counter apa)

Heran. Ini anak kecil hiperaktif banget.

"kalian udah sekolah belum? Kok nanya2 pacar..?" tanyaku membalas.

"dia nih, mbak. Stres baru ditinggal pacarnya"

Eh? Aku nyengir.

"udah dong, mbak. Aku kelas 4, dia ini kelas 3"

"kalo udah sekolah coba baca itu" aku menunjuk tulisan berejaan bahasa orang barat di kaos salah satu dr mereka.

"to... emm.. semit....you..emm..".
Dari caranya membaca, saya menebak paling banter mereka kelas 1 SD.

Dan tiba-tiba,
"mbak itu sebenarnya kurus. Tapi lebar ke samping. Bajunya sih kegedean".

Aku nyengir lagi. Kehabisan ekspresi.


"eh, mbak. Coba tangannya diginiin" mereka menunjukkan punggung tangannya. Awalnya aku ragu melakukannya, tapi ya sudahlah, kulakukan.

"tuh kan, putih aku.. Haha " mereka tertawa.

Aku buru2 narik tanganku sambil nyengir kuda (lagi). Dasar, gw dikerjain bocah2 kecil.

"pi el ei wai.. Bi ou wai bi ow wai" tiba2 mereka kompak nyanyi sambil niruin gerakan2 ababil.

Ya, ampun..
"eh, coba2.. Pi el ei wai bi ow wai nulisnya gmana? Katanya udah kelas empat" tantangku.

"p.. "

"trus?"

"l.."

"trus?"

"e.. "

"salah..! " aku tertawa penuh kemenangan.

Mereka ribut. Dan aku masih bertahan dg tawaku. Tawa yang aneh.


Kemanggisan, 22 Oktober 2011

Thursday, October 20, 2011

Catatan diklat

"Memakaikan terompah di kaki itu lebih mudah dan realistis daripada menggelar karpet di seluruh permukaan bumi"

Masih dengan gaya coolnya, dia mengucapkan kalimat yg membuatku mlongo ga ngerti itu..

"Maksudnya maksudnya?" Saya tidak mengerti.

"tujuan kamu pake sandal apa?"

"biar kaki gak kotor"

"nah, itu. Bukankah pake sandal itu lebih mudah dan memungkinkan daripada menggelari seluruh permukaan bumi, jika tujuannya sama, biar kaki ga kotor?"

Saya meng-owh-kan pertanyaannya yg memang tidak membutuhkan jawaban.

"Jadi, intinya.. Ketika kita tidak nyaman atau tidak sreg atau tidak suka dengan orang lain atau sesuatu di luar kita.. Mungkin bisa jadi, mindset kita sendiri yg perlu diubah.. Jadi bukan memaksakan orang atau sesuatu diluar kita agar sesuai dengan kehendak kita"

Saya manggut-manggut.

Kamis, 20 oktober 2011

Friday, October 14, 2011

Aku lupa

"... Allah tidak suka orang sombong dan membangga2kan diri" (4:36)

Deg!
Terasa seperti aliran darah membentur sesuatu. Tersendat beberapa saat. Seketika hal2 yg ku alami belakangan ini berkelebatan satu per satu.

Tentang mendengar. Bahwa telinga itu berbilang lebih daripada mulut. Beberapa hari ini aku melupakan teori ini.

Tentang kesombongan. Bahwa ia menghalangi hati dari kebenaran. Bukan, bukan sombong atas kebaikan, tapi juga keburukan. Kenapa bangga dengan hal yg tak baik? Aku lupa belum menjawab pertanyaan ini.

Dan tentang 'aku'. Aku kadang 'benci' mendengar kata ini disebut banyak2. Tapi aku lupa, saat itu, aku juga sedang mengucapnya..

Thursday, October 6, 2011

ashabiyah dan free rider

Mencintai diri sendiri, kelompok, dan membanggakan segala sesuatu yg ada kaitannya dengan diri sendiri sepertinya sudah memang tabiat dasar manusia. Sebut saja ketika kau melihat foto banyak orang dimana kau menjadi salah satu diantaranya. Siapa yg akan pertama kali kau lihat? Dirimu sendiri, bukan. Dan sertamerta kau akan mengatakan foto itu bagus ketika tangkapan bayanganmu disana terlihat menarik.

Begitu cintanya kita pada diri sendiri, termasuk segala sesuatu yg menyangkut diri. Katakanlah, kelompok. Dan kadang kau tiba2 akan merasakan kecintaan berlebihan kepada kelompokmu itu tatkala dihadapkan dengan kelompok lain. Tiba2 kau merasa harga diri kelompok menjadi sesuatu banget yg perlu kau taruh di atas kepala. Bolehlah kita mencontohkan diri kita sendiri sebagai orang indonesia yg begitu sensitif jika berhubungan dg negara tetangga. Kau akan cepat sekali merasa seolah harga dirimu diinjak2 ketika mereka menyentil sedikit saja tentang negaramu. Atau pendukung klub persebaya 'bonek' yg begitu loyal melakukan apa saja untuk kelompoknya terlebih ketika ada orang lain yg mengusiknya sedikit saja.

Ah, hari ini saya kembali terjebak dalam suasana itu. Aroma kotak2 yg begitu tercium dalam sebuah kelas gabungan. Persaingan dingin, dimana dalam beberapa hal memang kelas saya lebih banyak mencuri perhatian dosen.

"kelas * anaknya baik2 ya, gak kayak kelas kita yg gila2. Haha" kawan saya mengucapkannya disela2 makan siang kami yg tentu makna bawaan yg sebenarnya ingin ia ungkapkan adalah betapa bangganya ia akan kelasnya. Dan kawan2 saya menimpali dg kalimat2 yg semakna. Jyah, saya nyengir aneh.

Ah, ketika kau berada pada sebuah komunitas yang, katakanlah keren., bukankah belum tentu kau juga keren. Lantas, kenapa kau begitu bangga berada disana? Bisa jadi kau hanya penumpang gelap di gerbongnya.. Ya.. free rider..

#catatan kacau 6 okt 2011

Thursday, September 29, 2011

Syukur kuncinya

"Trus kemarin jadi ke dokter? Sama siapa? Gimana hasilnya? Sekarang udah mendingan?" aku memberondongnya dengan pertanyaan. Terdiam aku mendengarkannya menceritakan keadaannya. Ah, sahabatku.. Di usia mu yang masih belia ini, kamu sudah diuji dg ujian yg luar biasa..

Dan aku pun malu, selama ini, aku yg banyak mengeluhkan keadaanku kepadanya. Dan dia selalu menyediakan telinganya untuk mendengarku. Padahal dia sendiri sedang diuji dg cobaan yg jauh lebih berat daripada yg kukeluhkan kepadanya...

Ya Allah, sayangi dia.. jadikan sakit yg dideritanya sbg penggugur dosa2nya..