Monday, November 22, 2010

wong ndeso 2

Saya hanya tertawa nyengir ketika kemarin mendengar cerita guru SMP saya. "Mosok to, wingi ki ana murid sing gak mlebu ujian gara2 sunat (khitan, -te). Jare bapakke gak ana dino apik meneh. Ujian kok dikalahhne 'hari baik' ki yok opo..."
Karena geregetan, pak guru yang sekaligus wali kelas tersebut memberikan 4 mata pelajaran untuk 1 hari ujian susulan. *tertawa nyengir lagi
"aku ke wis bingung, nduk" lanjut beliau, "udah gak tau lagi bagaimana menghadapi wong-wong ndesomu" . (Loh kok nyalahin saya, pak?)
"kemaren ada anak yang pinter banget, olimpiade aja sering menang (fyi. untuk ukuran SMP di desa seperti ini, ini luar biasa). setelah lulus disuruh kerja sama orangtuanya. aku wis menawarkan segala bantuan mulai dari biaya sekolah sampai pemondokan, tetep aja gak boleh". Saya hanya diam.

Pola pikir, itu yang menghambat perkembangan desa ini. Pendidikan belum menjadi prioritas.Saya pernah menuliskan disini. Aktivitas warganya masih begitu monoton, yang generasi umur menengah keatas bertani (itupun sekedar untuk menghidupi keluarga tanpa berfikir untuk mengembangkannya) dan mengurus ternak. Yang muda mencari penghidupan ke kota. Ada yang jadi perawat, ada yang memilih 'ngabdi' di pondok. Itu sebagian kecil, mayoritas kerja ke kota sebagai PRT atau kuli. Tidak ada kegiatan keagamaan, tidak ada pengajian ibu-ibu, tidak ada karangtaruna, masjid sepi. Paling yang ada yasinan bapak-bapak tiap malam jum'at.

gambar Gunung Bayangkaki
Apa yang bisa saya lakukan? Waktu SD saya sudah mengabiskan buku-buku cerita di perpustakaan tentang perjuangan seseorang dalam membangun desanya. Dan saya benar-benar terpengaruh hingga bermimpi bisa melakukan sesuatu untuk desa ini (saya izinkan kalian tertawa ). Cita-cita lugu seorang anak kecil. Utopis dan abstrak. Untuk tetap bertahan dalam keadaan seperti ini saja rasanya susah. Tidak mudah, kawan, untuk survive dalam masyarakat yang serba belum tertata seperti ini. Saya sempat memuntahkannya disini.
Apalagi sebentar lagi saya mesti kerja entah dimana... Lengkap sudah.

wong ndeso 1

tidak heran mengapa mbak vina histeris "wua, akhirnya ute bisa berhubungan dengan dunia luar...", karena memang beliau tahu bahwa ponsel saya akan hampir 100% inactive selama di rumah. bukan karena rusak, tapi karena jaringan untuk provider indosat sangat lemah. sinyal paling satu atau dua biji doang. kalo telkomsel lumayanlah. tapi yang paling kuat itu sinyal smart, ya yang menyupport onlenisasi saya sekarang ini...

oh tidak, kawan...! jangan kasihan sama saya. kasihan saja sama orang2 yang mau bikin kolam renang di gedung DPR... mereka lebih pantas.

selain akses komunikasi, akses perhubungan juga masih sulit. desa saya terletak di lereng bukit (gak ada namanya) pojok selatan kabupaten ponorogo. jarang sekali ada angkutan umum dari kecamatan masuk desa saya. kalau ada hanya hari-hari tertentu, biasanya hari pasaran. itupun kebanyakan truk-truk yang mengangkut hasil pertanian atau sapi atau kambing. inilah salah satu penyebab anak-anak di desa saya jarang melanjutkan sekolah. susah cari angkutan. paling banter setingkat SMA. itupun terbatas anak-anak yang orangtuanya mempunyai kendaraan sendiri, misal motor.

seperti yang terjadi pada tetangga saya. dulu ia pernah masuk SMK di kecamatan. harusnya sekarang kelas 2. tapi ia tidak sanggup tiap hari mikir bagaimana cara berangkat dan pulang sekolah. akhirnya ia sekarang pergi ke surabaya, seperti kebanyakan teman-temannya yang lain, kerja. ah, kalau kalian diberi nikmat tidak merasakan hal seperti ini, lafazhkan tahmid sekarang juga.

ini nyata, kawan...

kalau saya, dulu kan ngekost. hehe...

Friday, September 3, 2010

ahad

bismillah...
kalo gak salah, pak salim dalam bukunya, gue never die, pernah menyebutkan tentang salah satu belenggu aqidah yaitu kesombongan intelektual. belenggu ini hanya akan bisa dilepaskan oleh kesaksian bahwa Allah lah satu-satunya tuhan dan rasulullah adalah utusan-Nya. dahsyat sekali. sungguh pun ketika selama ini kita tak pernah merasa sombong, maka sebenarnya kita telah sombong. otak ini begitu egois membiarkan kesombongannya telah menutupi hati dari kebenaran. padahal apa yang bisa dibanggakan dari otak manusia? ayolah... hanya ada beda tipis antara pengukuhan jati diri dan keangkuhan...

aqidah, jika ia bersih maka kokohlah segalanya.. jika tidak, maka sebaliknya, bisa hancurlah segalanya. itulah mengapa saya begitu begitu menyukai QS al-ikhlash.
katakanlah, " Dia-lah Allah, Yang Mahaesa
hanya Allah-lah tempat bergantung
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
dan tidak ada satupun yang menyamai-Nya"

nama surat ini al-ikhlash. padahal tidak ada kata ikhlash atau khalasha didalamnya. tapi -maaf menurut saya-, konsep ikhlash ada dalam surah ini. khalasha = murni ---> Allah, hanya Dia tempat bergantung, satu-satunya.

dalam sebuah hadits juga disebutkan yang intinya (redaksi sesuai ingatan saya) tentang tiga hal yang menyelamatkan, yakni : bertaqwa kepada Allah dalam keadaan sepi dan ramai, berkata benar dalam keadaan senang dan sedih, dan berhemat dalam kondisi kaya atau miskin. sedangkan tiga hal yang membinasakan yakni : hawa nafsu yang diikuti, kesalahan atau kebathilan yang diikuti, dan ujub (membanggakan diri). keenam hal ini terkait dengan aqidah.

ehm, agak gak nyambung ya dari awal sampai akhir? maaf, kata2 saya tak bisa menerjemahkan pikiran saya. otak saya yang ruwet kali ya ;-). yups, semoga bermanfaat ^^

Monday, March 29, 2010

Atas Nama Kepentingan

Sejenak teringat obrolan dengan kakak saya ketika nonton berita tentang pedagang ayam yang demonstrasi menolak PP tentang larangan membawa masuk ayam dagangan dalam keadaan hidup-hidup. Artinya ayam dagangan sudah harus dipotong sebelum masuk lokasi pasar. PP ini diterbitkan dalam rangka meminimalisir penyebaran virus H5N1.
Para pedagang merasa dirugikan dengan kebijakan ini. Karena terang saja akan menurunkan penjualan akibat pembeli menyukai ayam yang dipotong di tempat dengan alasan masih segar.

"Pemerintah itu gimana sih. Kalau bikin peraturan pikir-pikir dulu dong (udah pasti sih)... ya minimal dikonsultasikan dengan pedagang apa dampaknya... resikonya.... " saya ngomel-ngomel.

"ya elah. Kek ga tau aja. PP itu kan udah ada yang 'mesan'" sahut kakak saya

"what??? emang siapa yang akan diuntungkan dengan PP itu?"

"ya...pasti ada. mungkin saja pedagang daging sapi..."

oh Tuhan....

Kemudian pikiran saya tertuju pada materi KTTA saya. Sebagian besar Laporan Keuangan Pemda mendapat opini disclaimer dari BPK. Penyebab paling utama adalah SDM di lingkungan Pemda yang kurang. Konon katanya mendagri tidak ingin orang Pemda pintar, makanya salah satu modul Akuntansi Pemerintah Daerah yang di upload di site tidak bisa diprint. Kenapa? karena di belakang mendagri banyak yang ngantri jadi konsultan....

Belum lagi mengenai diklat dan pelatihan untuk pegawai Pemda yang diadakan di Ibu kota. Ribet, katanya. Udah gitu, Pemda yang nanggung biayanya.... ga niat banget sih Pak ngasih pelatihannya.

tapi itu isu lama... adakah sekarang masih begitu adanya?

Kemudian pikiran melayang ke PP 14 tahun 2010, ya itu... tentang pembubaran PTK. Apakah dibalik penerbitan peraturan itu juga ada 'kepentingan' yang bermain?
Makin skeptis dengan kebijakan pemerintah..
Selalu ada kepentingan dibalik tindakan....
Termasuk dalam menulis ini ,saya juga punya kepentingan... karena itu jangan mudah percaya dengan apa yang saya katakan.....

Selamat Datang

Bismillah...

Akhirnya memutuskan untuk membuat akun di blogspot. Sementara, karena belum ada ide tulisan, blog ini diisi postingan impor dari multiply.

Semoga celoteh ini membawa manfaat....