Thursday, February 9, 2012

Mereka, yang Disana

Tatapan matanya lurus ke depan, tapi kosong. Tangannya dimajukan sedikit ke depan, menadah. Begitu saja terus tiap pagi aku melihatnya. Masih di tempat yang sama, tangga jembatan penyeberangan itu. Tiap kali aku melewatinya, aku tak berani menatapnya terang-terangan, hanya berani menangkap default posisinya itu dari sudut mataku.
Otak visualku seketika membayangkan, pagi buta nenek itu didrop dianter oleh seorang (atau sekumpulan orang) yang bisa jadi keluarganya, yang bisa jadi bukan, ke tempat mangkalnya itu. Kemudian sorenya 'diambil' lagi. Aaaah, ini mengerikan sekali. Kenapa nenek2 tua ini dijadikan objek untuk mendapatkan penghasilan...
Di depannya, terletak sebuah bekas gelas minum yang terisi beberapa keping logam. Ada juga yang rupanya baik hati mengeluarkan recehnya. Tentang memberi ini, ia adalah pilihan. Memberi adalah keputusan baik. Tidak memberi pun bisa jadi keputusan baik. Maing-masing punya alasan  dan kita tak bisa menghakiminya..
*makin hari makin banyak liat orang menadahkan tangan. Menadah, dalam arti harfiah, maupun konotasi.
pict taken from here

No comments:

Post a Comment